Kamis, 07 April 2011

Di Syurga yang Mana Kau Menunggu Ku


Aku tidak tahu kenapa sore yang cerah itu berganti kelam yang meredupkan keindahan ?

Ia adalah laki-laki paling baik yang pernah ku kenal, seseorang yang mungkin tak akan pernah lagi aku temukan di dunia ini. Ia kekasih pertama ku, satu-satunya laki-laki yang ku berikan jawaban ‘iya’ dari puluhan ungkapan manis untuk ku.




Aku perempuan suci yang tatapannya kelam! Hingga tak mampu melihat betapa ia tulus memberi cinta. Berani mengorbankan segalanya hanya untuk tetap memilki aku, memberi yang ku mau, memenuhi semua keinginan ku sekalipun itu permintaan paling konyol dalam sebuah hubungan istimewa.

Aku meminta ia mengerti, aku tak suka di sentuhh! Dan ia benar-benar tak pernah menyentuh ku…

Mungkin hati ku memang membatu. Tak mampu cair dengan ketulusannya. Aku tak pernah menyimpan perasaan apapun terhadapnya, aku hanya melihat ia seorang yang baik, lalu aku lelah menipu diriku sendiri dan ku akhiri hubungan ku dengannya. dengan alasan untuk fokus dengan masa depan ku. ia menerima begitu saja.  Tanpa peduli perasaannya dan semua yang telah ia lakukan untukku. Aku usir ia pergi!

Meski ia bukan siapa-siapa ku lagi, ia tetap selalu setia bersamaku. Layak boneka remote yang ku pegang kendalinya, ia sungguh ku jadikan mainan pemenuh kepuasan hati.

Suatu hari, aku berjalan berdua dengannya, aku melihat kalung yang sangat indah dengan gantungan lafaz Allah penuh permata, aku meminta ia melihat itu “bagus banget ya…?coba aku bisa punya” bisik ku tak berharap ia membelikannya, melihat harganya yang cukup mahal. Ia hanya tersenyum. Keluar dari tempat itu ia memohon diri meninggalkan ku di parkiran dengan motornya, entahlah dia kemana, beberapa saat kemudian ia kembali masih dengan senyum manis dan tatapan lembutnya.

Seminggu setelah hari itu, ia mengundangku makan malam di rumahnya, bersama keluarganya yang memang sudah akrab dengan ku, usai itu ia mengajakku berdua saja di teras belakang. Ia memberi ku sekotak hijau tua “ini yang kamu mau” ia menyerahkan itu untuk ku buka. Dalamnya…..
“ini untuk ku?” tanya ku senang dan terharu. Ia mengangguk
 “kamu bercanda, ini sangat mahal, dari mana kamu dapat uang?” ia tersenyum
“aku punya uang tabungan, tapi belu cukup, jadi aku minta pada pak penjual untukk menyimpan kalung ini dulu, karna aku yang akan membelinya, kemarin kan  aku gaji-an jadi aku belikan saja” jawabnya.
Aku terharu. Bahagia. Sedih…. Semua berbaur! Sebenarnya, aku tersentuh, tapi…….hhh…persetan!! ayahku laki-laki yang baik, romantic, perhatian, pengertian, segala kebaikan laki-laki ada padanya, tapi apa!!?? Ibuku mati di tangannya!! Lalu ia menikmati kehidupan penjaranya dan membiarkan aku menjalani kekosongan cinta dan kasih saying yang sangat ku inginkan!. Aku berikan senyum ku, ku ucapkan terimakasih. Hanya itu. Tak ada lagi.

Banyak waktu yang ku lalui dengan cintanya. Meski aku tetap tak ingin menerima. Terkadang aku merasa tersiksa saat harus menahan diri untuk tak pernah berikan apapun padanya termasuk perasaan, meski hanya secuil. Sebenarnya, aku sangat mencintai-nya tapi tiba-tiba perasaan cinta itu mengingatkan ku tragedy yang sangat menyakitkan. Ketika aku yang polos melihat pisau tajam itu terbenam di dada ibu dari tangan ayah!! Hanya karena cinta, cinta ketiga antara mereka.
Dan tak ada yang bias menjamin itu tak akan terjadi padaku!

Aku seddang sibuk merancang masa depan ku d kertas putih, saat handphone ku berdering nada pesan
~mlm syg… psti lgi bljar y..~
Aku tidak membalas pesan itu. Sekali lagi nada pesan ku bordering
~Cintai aku selagi kau bisa mencintaiku. Mungkin takdir akan membuat kita berpisah. Kau pasti akan merindukan cintaku dan waktu ketika kau bisa mencintaiku. Tersenyumlah untuk segala yang selalu aku lakukan hanya untuk membuat mu bahagia, kau selalu memiliki ku…ti amo  così , per sempre ~
“kata-kata yang aneh” gumamku, tanpa mencerna itu lebih dalam

Beberapa hari kemudian, ia mengajakku menghabiskan hari bersamanya. Sore itu, sore yang sungguh indah. Saat canda tawa ku bersamanya benar-benar membuatku berpikir aku ingin mengatakan ‘aku mencintainya’. Di niagara itu ku pecahkan keraguan padanya, aku merasa ia sungguh-sungguh pelindung ku...meskipun tetap ku katakan TIDAK.

Ia mengantarku pulang. Tempat tinggal ku daerah yang cukup ramai dan kebetulan aku selalu jadi perhatian mereka. Mereka tahu tentang hidup ku, dan bagaimana aku selalu menjaga pandangan baik mereka terhadap ku.

Aku hampir berpamitan saat ia menahan ku, ia menatapa ku “kenapa?” tanya ku “boleh aku mencium kening mu?sekali ini saja” pintanya “tidak!” jawab ku tegas. Aku berusaha melepaskan tangan nya lalu pergi tapi ia menarik ku, memeluk ku di depan ramai orang yang memandang ke arah ku. Aku berusaha melepaskan diri, tapi ia tetap erat. Aku sungguh tak mengerti dengan yang di lakukannya, kenapa ia jadi sekurang ajar itu!! Begitu lepas, ku pasang wajah kecewa dan malu. Ia tetap tak melepaskan tangan ku. Tatapannya sungguh dalam,sangat dalam...hingga luluh hati ku memandang nya, itu....tatapan kerinduan yang akan sangat jauh......dan lama.... . aku paksa pergi, berbalik ke pintu rumah, aku lihat bayangannya di cermin jendela, ia membuka handphone-nya, lalu nada pesan ku berdering
~saat ini mungkin ku tinggalkan senyuman mu meski sebenarnya aku akan selalu ada. I luv u so..~
Aku menoleh untuk yang terakhir, melihat senyumnya berlalu. Beberapa langkah ku depan..

Suara itu menghentak keras di ujung jalan, di sertai histeris orang-orang di sekitar ku. Aku berlari ke arah suara saat seorang perempuan seumuran ku tergopoh-gopoh menghampiri...

Kerumunan itu...
Diantara truk dan motor itu ia berlumuran darah! Detak jantungku menjadi sangat cepat, kaki ku lemas, ku raih ia. Ia masih bernapas. Ia menatap ku. Wajah tampannya masih tersisa meski hampir tertutup percikan luka, aku layak ia yang bersimbah, tubuhku berlumur darah. Ia memanggil namaku, tersenggal-senggal ia mengatakan “ber sedi akah kau meni kah de ngan ku?”Aku tersentak tiba-tiba, ku lepas ia dan berlari ku kembali ke rumah. Anak perempuan—yang sebelumnya tergopoh-gopoh menghampiriku—mengejar ku, ia menahan ku
"aku mohon, penuhi permintaan kk ku, ia sekarat!" perempuan se-umuran ku yg wajahnya brlumuran darah itu memohon
"aku tìdak mau, aku tidak punya perasaan apa2!"tegas ku
"kamu tega!?"ia menarik tanganku
"tidak, aku tidak mencintainya"
"apa!" ia mulai menyeringai "apa kamu bilang! di mana hati mu!" ia menarik tangan ku
"aku tidak mau, aku mohon.. aku masih punya masa depan!" bela ku. ia mentap ku tajam. dua kali telapak tangannya mendarat di pipi ki, dengan kasar. aku hanya diam. "tampar lagi aku, tampar!!aku tetap tidak akan....." dan sebelum usai perkataan ku ia sekali lagi menampar ku, lalu membawa ku berlari menghadapi kakaknya, laki-laki yang aku....

ia masih menatap ku sendu, aku tahu, ia di penghabisan nyawa.aku mendekatinya. air mata ku jatuh. egois ku memuncak!
"me ni kah lah deng an ku"
"...., kau bilang kau menyayangi ku, kenapa kau memberi ku permintaan ini!! aku masih punya masa depan! harusnya kau tahu itu" aku histeris di hadapan ia yang tak bisa melakukan apapun lagi. adik perempuan nya naik darah, ia hampir melingkarkan jarinya di leher ku, tapi orang-orang disan menyabarkannya.
"aku mohon...kita menikah di syurga saja...."pinta ku, dengan penuh penyesalan. ia masih bisa tersenyum
"syu rga, i ya sa yang, a ku tu nggu...d sa na" setelah mengucapkan itu, perlahan ia menutup matanya, dan ia layu,dan tubuh nya dingin, kaku, membeku.....tangis adiknya memecah...ia menghambur memeluk tubuh kakak nya. di tengah histerisnya ia masih berusaha meraih ku, mereka menahannya lagi. ia mencaci ku.."tidak tahu diri !!bodoh....kamu perempuan paling jahat yang pernah aku kenal!!" ia meangis menjadi-jadi "kamu tahu, ia selalu ceritakan mu, ia selalu membanggakan mu, ia selalu..................!! ia.....berikan segalanya untuk mu!kenapa kau sia-siakan dia bahkan di akhir hidupnya!kenapa!" suaranya meredup lalu ia jatu pingsan

Memang benar, aku mungkin bisa selalu terpandang baik di hadapan setiap orang, tapi aku menjadi yang paling kejam untuknya, untuk laki-laki yang selalu berikan semua yang aku tak bisa dapat selain darinya. bahkan hingga akhir hidupnya ia tetap mengalah, ia berikan apa yang aku ingin, berikan apa yang diingin kan ke egoisan ku. aku tidak tahu bagaimana menemukan lagi cintanya. Dimana ia akan menikahi ku? dI SYURGA yang MANA IA MENUNGGUKU?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar